5 research outputs found
Aggregation Methods for Assesing The Sustainability of Forest Management
Kelestarian pengelolaan hutan merupakan konsep yang samar dan kompleks, oleh karena itu tidak ada satupun alat ukur yang dapat mengukurnya secara jelas. Sertifikasi hutan digunakan sebagai instrumen untuk mengukur kelestarian pengelolaan hutan yang didasarkan atas kelestarianproduksi, ekologi dan sosial. Kriteria dan Indikator (C & I) untuk kelestarian hutan alam produksi dalam sistem sertifikasi di Indonesia (Lembaga Ekolabel Indonesia) menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) sebagai alat dalam proses pengambilan keputusannya. AHP telah lama dikritisi, antara lain karena pendekatan kompensatori menggunakan modellinier additive utilitas untuk mengintegrasikan -nilai baku. Riset ini bertujuan untuk menganalisa beberapa metoda aggregasi nilai baku sebagai alternatif untuk menilai kelestarian pengelolaan hutan. Fuzzy AHP dan Rule Base (Fuzzy Reasoning Method) dipelajari sebagai metode untuk mengatasi kekurangmampuan AHP dalam menangani secara tepat peubah-peubah linguistik. Data hasil proses penilaian sertifikasi Unit Pengelolaan Hutan Labanan, Kalimantan Timur,Indonesia digunakan untuk menilai kelestarian pengelolaan hutan dengan tiga metode tersebut. Hasil Fuzzy AHP dibanding dengan Normal AHP menunjukkan hasil yeng lebih jelas dan sudah menampung ketidakpastian justifikasi ekspert yang tidak terdapat dalam Normal AHP. Metode Rule Base, yang sangat tergantung kepada pengetahuan dan pengalaman ekspertnya, memberikan hasil yang lebih berarti dan transparan dalam proses penilaian dibanding kedua metode lainnya, yaitu Normal AHP dan Fuzzy AHP.Keywords: SFM assessment, forest certification, fuzzy decision making, AHP, Fuzzy AHP, Fuzzy Rule Bas
Do the Integrated Health Posts Have Contextual Effect on Birth Weight? A Multilevel Evidence from Situbondo, East Java
Background: Low birth weight babies (LBW) are sensitive indicators of socioeconomic conditions and indirectly become a benchmark for maternal and child health. This study aimed to analyze contextual effect of integrated health post and socioeconomic determinants on LBW in Situbondo.Subjects and Method: This was an observational analytic study with a case control design. The study was conducted at the integrated health posts in the Asembagus Health Center. The study population was all infants aged 0-1 years. A sample of 150 infants with normal birthweight and 50 LBW was selected by simple random sampling. The dependent variable was LBW. The independents variables were maternal age, maternal education, maternal occupation, maternal knowledge, family income, exposure to cigarette smoke, and integrated health post strata. Data were analyzed using multilevel multiple logistic regression analysis using STATA 13.Results: The risk of LBW increased with maternal age <20 years or ≥35 years (b= 1.78; 95% CI= 0.83 to 2.73; p<0.001), low maternal education (b= 0.93; 95% CI <0.01 to 1.86; p= 0.049), mother working outside the home (b= 1.24; 95% CI= 0.26 to 2.22; p= 0.013), low family income (b= 1.33; 95% CI= 0.42 to 2.24; p= 0.004), low maternal knowledge (b= 1.17; 95% CI= 0.13 to 2.21; p= 0.026), and high cigarette smoke exposure (b= 1.11; 95% CI= 0.08 to 2.13; p= 0.035). Integrated health post has not contextual effect on LBW with ICC= 0.01%.Conclusion: The risk of LBW increases with maternal age <20 years or ≥35 years, low maternal education, low maternal education, mother working outside the home, low family income, low maternal knowledge, and high cigarette smoke exposure. Integrated health post has not contextual effect on LBW.Keywords: low birthweight, socio-economic determinants, integrated health postCorrespondence: Eti Kuswandari. Masters Program in Public Health, Universitas Sebelas Maret. Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126, Central Java. Email: etikus[email protected]. Mobile: +6282132770153. Journal of Maternal and Child Health (2020), 05(03): 275-286https://doi.org/10.26911/thejmch.2020.05.03.06
Aggregation Methods for Assesing The Sustainability of Forest Management
Kelestarian pengelolaan hutan merupakan konsep yang samar dan kompleks, oleh karena itu tidak ada satupun alat ukur yang dapat mengukurnya secara jelas. Sertifikasi hutan digunakan sebagai instrumen untuk mengukur kelestarian pengelolaan hutan yang didasarkan atas kelestarianproduksi, ekologi dan sosial. Kriteria dan Indikator (C & I) untuk kelestarian hutan alam produksi dalam sistem sertifikasi di Indonesia (Lembaga Ekolabel Indonesia) menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) sebagai alat dalam proses pengambilan keputusannya. AHP telah lama dikritisi, antara lain karena pendekatan kompensatori menggunakan modellinier additive utilitas untuk mengintegrasikan -nilai baku. Riset ini bertujuan untuk menganalisa beberapa metoda aggregasi nilai baku sebagai alternatif untuk menilai kelestarian pengelolaan hutan. Fuzzy AHP dan Rule Base (Fuzzy Reasoning Method) dipelajari sebagai metode untuk mengatasi kekurangmampuan AHP dalam menangani secara tepat peubah-peubah linguistik. Data hasil proses penilaian sertifikasi Unit Pengelolaan Hutan Labanan, Kalimantan Timur,Indonesia digunakan untuk menilai kelestarian pengelolaan hutan dengan tiga metode tersebut. Hasil Fuzzy AHP dibanding dengan Normal AHP menunjukkan hasil yeng lebih jelas dan sudah menampung ketidakpastian justifikasi ekspert yang tidak terdapat dalam Normal AHP. Metode Rule Base, yang sangat tergantung kepada pengetahuan dan pengalaman ekspertnya, memberikan hasil yang lebih berarti dan transparan dalam proses penilaian dibanding kedua metode lainnya, yaitu Normal AHP dan Fuzzy AHP.Keywords: SFM assessment, forest certification, fuzzy decision making, AHP, Fuzzy AHP, Fuzzy Rule Bas